Jakarta - Berangkat dari bertemu Adib Hidayat dan Denny MR di Rolling Stone Cafe, akhirnya saya dapat amanah berupa titipan gitar dari Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia untuk dibawa ke Ambon. Setelah empat setengah jam perjalanan, akhirnya pada pukul 07.30 WIT rombongan kami mendarat di Ambon. Saya langsung melanjutkan perjalanan ke lokasi tempat pemotretan. Oh ya, tujuan utama ke Ambon kali ini sebenarnya berhubungan dengan pekerjaan saya selain musisi, yaitu fotografer.
Selama tiga hari di lokasi, saya banyak ngobrol melalui telepon dengan Irfan Ramly, salah satu penggerak komunitas anak muda di Ambon untuk mengatur waktu serah terima gitar.
Akhirnya kami sepakat penyerahan dilakukan pada 22 Juli 2011 pukul 17.00 WIT. Tapi acara jadi molor karena sore itu lokasi foto yang berjauhan dengan venue membuat saya datang terlambat hampir satu jam. Saya sempatkan untuk mendatangi mereka yang sudah datang dari pukul 16.30 untuk meminta maaf dan izin cuci muka sebentar.
Akhirnya acara dimulai pukul 18.30. Bertempat di Baguala Beach Resort, saya menyerahkan enam buah gitar pada Ambon Band Community (ABC). Mereka adalah komunitas anak band di Ambon yang terbentuk di tahun 2009. Berawal dari tempat nongkrong di Studio Musik 99 Jalan Baru, Ambon, komunitas ini di-pelopori oleh musisi-musisi muda kota Ambon, kebanyakan berstatus pelajar, mahasiswa dan profesional muda. Saat ini ABC beranggotakan sedikitnya 20 band dengan rata-rata personel sebanyak lima orang.
Setiap bulannya ABC mengadakan event reguler “Rame-Rame ngeBand” sebagai panggung penyalur ekspresi atas realitas yang terjadi. Komunitas ini percaya bahwa musik adalah bahasa universal sehingga situasi dan kondisi tidak akan membatasi keinginan mereka untuk berkarya dan diapresiasi banyak orang, meski mereka bermusik dari timur Indonesia.
Mereka juga berencana untuk membuat album kompilasi band-band yang ada dan akan dirilis di seputar kota Ambon. Saya pribadi mendukung niat tersebut karena tidak selamanya semua berawal dari Jakarta. Sebelum penyerahan gitar, saya ngobrol tentang apa itu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia dan apa yang bisa kita buat setelah itu. Dari obrolan santai itu, saya menangkap kegelisahan mereka tentang banyaknya bakat terpendam karena kurangnya event dan exposure untuk menampilkan bakat mereka.
Pada malam itu beberapa band memainkan karyanya secara akustik, salah satunya ”Ikan Asar” yang dalam bahasa Ambon berarti ikan panggang. Salah satu hit mereka berjudul ”Ambon Manise”, selalu ditunggu oleh anak-anak di Ambon setiap kali mereka manggung.
Menariknya, musik mereka tidak seperti musik yang ada di televisi kebanyakan saat ini. Lagu-lagu mereka sangat beragam, ada warna punk, pop, rock dengan tema yang beragam, mulai dari kecintaan terhadap daerah sampai situasi politik dan birokrasi di Indonesia.
Dengan keterbatasan fasilitas, justru karya mereka bagi saya terdengar jadi “sesuatu”. Selanjutnya saya menyerahkan gitar-gitar titipan kepada anak-anak berbakat ini. Tadinya acara penyerahan gitar sudah selesai, tapi saya jadi gatal untuk mengajak mereka jamming satu lagu, yang ternyata merembet jadi tiga lagu.
Semoga bantuan gitar tersebut akan memotivasi mereka untuk terus berkarya dan paling tidak mereka merasakan kalau Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia juga mampir di wilayah Indonesia Timur.
Selama tiga hari di lokasi, saya banyak ngobrol melalui telepon dengan Irfan Ramly, salah satu penggerak komunitas anak muda di Ambon untuk mengatur waktu serah terima gitar.
Akhirnya kami sepakat penyerahan dilakukan pada 22 Juli 2011 pukul 17.00 WIT. Tapi acara jadi molor karena sore itu lokasi foto yang berjauhan dengan venue membuat saya datang terlambat hampir satu jam. Saya sempatkan untuk mendatangi mereka yang sudah datang dari pukul 16.30 untuk meminta maaf dan izin cuci muka sebentar.
Akhirnya acara dimulai pukul 18.30. Bertempat di Baguala Beach Resort, saya menyerahkan enam buah gitar pada Ambon Band Community (ABC). Mereka adalah komunitas anak band di Ambon yang terbentuk di tahun 2009. Berawal dari tempat nongkrong di Studio Musik 99 Jalan Baru, Ambon, komunitas ini di-pelopori oleh musisi-musisi muda kota Ambon, kebanyakan berstatus pelajar, mahasiswa dan profesional muda. Saat ini ABC beranggotakan sedikitnya 20 band dengan rata-rata personel sebanyak lima orang.
Setiap bulannya ABC mengadakan event reguler “Rame-Rame ngeBand” sebagai panggung penyalur ekspresi atas realitas yang terjadi. Komunitas ini percaya bahwa musik adalah bahasa universal sehingga situasi dan kondisi tidak akan membatasi keinginan mereka untuk berkarya dan diapresiasi banyak orang, meski mereka bermusik dari timur Indonesia.
Mereka juga berencana untuk membuat album kompilasi band-band yang ada dan akan dirilis di seputar kota Ambon. Saya pribadi mendukung niat tersebut karena tidak selamanya semua berawal dari Jakarta. Sebelum penyerahan gitar, saya ngobrol tentang apa itu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia dan apa yang bisa kita buat setelah itu. Dari obrolan santai itu, saya menangkap kegelisahan mereka tentang banyaknya bakat terpendam karena kurangnya event dan exposure untuk menampilkan bakat mereka.
Pada malam itu beberapa band memainkan karyanya secara akustik, salah satunya ”Ikan Asar” yang dalam bahasa Ambon berarti ikan panggang. Salah satu hit mereka berjudul ”Ambon Manise”, selalu ditunggu oleh anak-anak di Ambon setiap kali mereka manggung.
Menariknya, musik mereka tidak seperti musik yang ada di televisi kebanyakan saat ini. Lagu-lagu mereka sangat beragam, ada warna punk, pop, rock dengan tema yang beragam, mulai dari kecintaan terhadap daerah sampai situasi politik dan birokrasi di Indonesia.
Dengan keterbatasan fasilitas, justru karya mereka bagi saya terdengar jadi “sesuatu”. Selanjutnya saya menyerahkan gitar-gitar titipan kepada anak-anak berbakat ini. Tadinya acara penyerahan gitar sudah selesai, tapi saya jadi gatal untuk mengajak mereka jamming satu lagu, yang ternyata merembet jadi tiga lagu.
Semoga bantuan gitar tersebut akan memotivasi mereka untuk terus berkarya dan paling tidak mereka merasakan kalau Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia juga mampir di wilayah Indonesia Timur.
0 komentar:
Posting Komentar