Pencarian bahan bakar alternatif terus dilakukan, akibat menipisnya cadangan minyak bumi. Berbagai macam bahan mulai dari kedelai dan jagung pun digunakan untuk diolah menjadi bahan bakar. Namun, bagaimana bila bahan bakar mobil yang kita gunakan ternyata terbuat dari lemak buaya?
Di Amerika Serikat, buaya diternakkan untuk diambil kulit dan dagingnya. Namun bagian lain tidak digunakan seperti lemak buaya. Setiap tahun ada sekitar 7 juta kilogram lemak buaya yang terbuang sia-sia dan hanya berstatus sebagai limbah. Padahal lemak buaya ini bisa diolah menjadi bahan bakar.
Adalah para peneliti di University of Louisiana di Amerika Serikat yang berinisiatif mengolah lemak buaya tersebut. Para peneliti ini berusaha untuk mengkonversi lemak buaya menjadi biodiesel, yang dapat digunakan oleh kendaraan dan membantu industri otomotif Amerika yang sedang dirundung masalah, akibat terus meningginya harga bensin dan solar.
Seperti dilansir Caradvice, Jumat 26 Agutus 2011, hasil kerja para peneliti tersebut diterbitkan dalam Industrial Engineering Chemistry Research Journal. Dr Rakesh Bajpai yang menjadi peneliti, menjelaskan bahwa tujuh juta kilogram lemak buaya itu sebetulnya bisa diubah menjadi 4.730.000 liter biodiesel.
Tingginya biodiesel yang bisa dihasilkan dari lemak buaya itu, karena sekitar 61 persen massa dari lemak buaya dapat diubah menjadi cairan yang cocok untuk membuat biodiesel.
Selain itu, biosolar dari lemak buaya, 9 persen lebih ramah lingkungan dari pada solar yang terbuat dari minyak bumi. Kualitasnya juga setara dengan biodiesel dari kedelai, jika dibandingkan dengan kebanyakan lemak hewan lain, kualitas lemak buaya pun tergolong lebih tinggi.
Meski begitu, angka 4,7 juta liter ini memang tiada artinya jika melihat konsumsi minyak bumi di Amerika yang memang menggula. Untuk solar saja, Amerika tiap tahunnya membakar 170 miliar liter.
Dengan begitu, bila lemak buaya ini direalisasi secara massal menjadi biodiesel, maka solar dari lemak buaya ini akan mengisi 0,002 persen dari total kebutuhan Amerika.
Jadi bila setiap negara mau bersusah payah mencari bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, sesungguhnya ada banyak hal yang bisa diolah. Sehingga tidak ada lagi tergantung 100 persen pada minyak bumi, yang cadangannya semakin menipis.