Memiliki hubungan sosial dengan insan lain, berarti juga tak lepas dari kekeliruan, entah yang sengaja dan tidak, kesalahan kecil hingga besar. Jika orang lain melakukan hal yang tidak sepatutnya, adalah hal yang wajar jika kita memiliki respon. Rasa kecewa dan marah mungkin akan hinggap.
Namun bagaimana jika rasa itu mengendap terlalu lama, dan merugikan bagi kita? Mengapakah kita mendendam?
Jika boleh digeneralkan, marah, marah yang amat sangat, hingga dendam itu ada, antara lain, karena:
# rasa enggan membiarkan rasa marahnya,
# ada keinginan untuk memuaskan standar keadilan,
# adanya anggapan bahwa dengan memaafkan, berarti membiarkan mereka yang melakukan
kesalahan "bebas" tanpa hukuman,
# adanya keinginan untuk balas menyakiti ia yang pernah menyakiti, atau
# ia yang bersalah tidak meminta maaf.
Lalu mengapa kita perlu memaafkan?
Rasa kesal yang disimpan terlalu lama justru tidak baik bagi diri kita sendiri. Ada banyak keuntungan bagi kita untuk mencoba melupakan, dan terlebih utama, memafkan mereka yang pernah menyakiti kita.
Memaafkan tidak berarti menyangkal rasa sakit yang disebabkan kesalahan orang lain pada kita. Bukan juga berarti mengecilkan dan membenarkan kekeliruan yang dilakukan. Sah saja kita memaafkan seseorang tanpa membenarkan bahwa apa yang dilakukannya memang salah.
Psikolog Katherine Piderman, Ph.D., menjabarkan bahwa tindakan memaafkan, pada dasarnya merupakan keputusan kita untuk mengikhlaskan rasa kemarahan, dendam, kebencian, dan keinginan untuk membalas tidak menghinggapi diri.
Dengan tidak mengkonsentrasikan diri pada rasa luka karena orang lain, kita dapat lebih memandang dengan positif bagian hidup kita sendiri. Pada taraf yang paling tinggi, pemberian maaf justru memperkaya rasa pengertian dan empati pada orang lain.
Karena dengan memberi maaf akan memberi manfaat, seperti :
# Terciptanya hubungan yang lebih sehat,
# Rohani yang lebih spiritual,
# Sehat secara psikologis,
# Berkurangnya stress,
# Hilangnya tekanan dan permusuhan,
# Terhindar dari tekanan darah tinggi, dan
# Menjauhkan diri dari indikasi depresi, kegelisahan, dan rasa sakit.
Memaafkan, sekecil apapun usaha kita untuk itu, akan membawa kita pada kedamaian yang kita butuhkan untuk menjalani hari kita ke depan. Dengan membiarkan keluh kesah dan kepedihan pergi dari hati kita, semoga rasa damai dan kebahagiaan akan tercipta.
Namun bagaimana jika rasa itu mengendap terlalu lama, dan merugikan bagi kita? Mengapakah kita mendendam?
Jika boleh digeneralkan, marah, marah yang amat sangat, hingga dendam itu ada, antara lain, karena:
# rasa enggan membiarkan rasa marahnya,
# ada keinginan untuk memuaskan standar keadilan,
# adanya anggapan bahwa dengan memaafkan, berarti membiarkan mereka yang melakukan
kesalahan "bebas" tanpa hukuman,
# adanya keinginan untuk balas menyakiti ia yang pernah menyakiti, atau
# ia yang bersalah tidak meminta maaf.
Lalu mengapa kita perlu memaafkan?
Rasa kesal yang disimpan terlalu lama justru tidak baik bagi diri kita sendiri. Ada banyak keuntungan bagi kita untuk mencoba melupakan, dan terlebih utama, memafkan mereka yang pernah menyakiti kita.
Memaafkan tidak berarti menyangkal rasa sakit yang disebabkan kesalahan orang lain pada kita. Bukan juga berarti mengecilkan dan membenarkan kekeliruan yang dilakukan. Sah saja kita memaafkan seseorang tanpa membenarkan bahwa apa yang dilakukannya memang salah.
Psikolog Katherine Piderman, Ph.D., menjabarkan bahwa tindakan memaafkan, pada dasarnya merupakan keputusan kita untuk mengikhlaskan rasa kemarahan, dendam, kebencian, dan keinginan untuk membalas tidak menghinggapi diri.
Dengan tidak mengkonsentrasikan diri pada rasa luka karena orang lain, kita dapat lebih memandang dengan positif bagian hidup kita sendiri. Pada taraf yang paling tinggi, pemberian maaf justru memperkaya rasa pengertian dan empati pada orang lain.
Karena dengan memberi maaf akan memberi manfaat, seperti :
# Terciptanya hubungan yang lebih sehat,
# Rohani yang lebih spiritual,
# Sehat secara psikologis,
# Berkurangnya stress,
# Hilangnya tekanan dan permusuhan,
# Terhindar dari tekanan darah tinggi, dan
# Menjauhkan diri dari indikasi depresi, kegelisahan, dan rasa sakit.
Memaafkan, sekecil apapun usaha kita untuk itu, akan membawa kita pada kedamaian yang kita butuhkan untuk menjalani hari kita ke depan. Dengan membiarkan keluh kesah dan kepedihan pergi dari hati kita, semoga rasa damai dan kebahagiaan akan tercipta.
0 komentar:
Posting Komentar