PATI - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KHMA Sahal Mahfudh meminta umat Islam menyikapi kemungkinan perbedaan Idul Fitri 1432 H dengan arif dan bijaksana. ”Tidak perlu ada konfrontasi, perdebatan apalagi sampai muncul ketegangan. Serahkan saja kepada tim itsbat yang akan digelar pemerintah Senin depan,” katanya.
Kiai Sahal menyatakan hal itu ketika menerima silaturahim Wakil Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Gunawan Permadi di rumahnya, di kompleks Pondok Pesantren Maslakul Huda (PPMH) Kajen, Margoyoso, Pati, kemarin.
Ia mengatakan, perbedaan penetapan 1 Syawal 1432 H sangat mungkin terjadi selama pemerintah menggunakan imkanur rukyat dengan mensyaratkan dua derajat. ”Selama ini, Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal yang berarti berapa pun derajatnya, apabila hilal telah wujud, dipastikan esoknya merupakan awal bulan,” jelas Oman.
Kiai Sahal menyatakan hal itu ketika menerima silaturahim Wakil Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Gunawan Permadi di rumahnya, di kompleks Pondok Pesantren Maslakul Huda (PPMH) Kajen, Margoyoso, Pati, kemarin.
Menurut Rais Aam PBNU itu, perbedaan menentukan 1 Syawal, awal Ramadan, dan hal lain sudah sangat biasa. Di antara ahli hisab dan ahli falak juga bisa berbeda-beda. ”Ada yang berpatokan pada konsep wujudul hilal. Artinya setinggi apapun bulan, asal sudah muncul berarti sudah masuk tanggal baru,” jelasnya.
Namun, ada yang mengharuskan melakukan rukyatul hilal atau melihat bulan secara langsung. Meski posisi hilal tinggi tetapi tidak bisa dirukyat (dilihat) maka harus istikmal, menyempurnakan bilangan puasa Ramadan.
Ramadan tahun ini diperkirakan tinggi hilal belum mencapai 2 derajat. Padahal syarat untuk bisa dirukyat, ketinggian hilal minimal 2 derajat. Muhammadiyah sudah mengumumkan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H jatuh pada Selasa 30 Agustus 2011. Adapun Nahdlatul Ulama (NU), Mathla’ul Anwar, Persis, dan Al-Washliyah belum menetapkan tanggal resmi, masih menunggu rukyatul hilal yang akan diadakan Senin (29/8).
”Kalau terjadi perbedaan jangan saling menjelek-jelekkan. Merasa yang Selasa paling benar atau yang Rabu paling sahih. Laksanakan saja sesuai keyakinan dan kebenaran masing-masing,” tuturnya.
Perbedaan
Perbedaan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H tampaknya tak terelakkan. Ketua Umum PP Asosiasi Dosen Ilmu Falak Indonesia (ADFI) Dr Ahmad Izzuddin memastikan perayaan Idul Fitri ini akan berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah.
”Hampir bisa dipastikan, 99 persen akan terjadi perbedaan perayaan Idul Fitri,” ungkap Izzuddin.
Koordinator Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Lajnah Falakiyah PBNU ini menjelaskan, posisi hilal sudah berada di atas ufuk pada Selasa (30/8), namun masih di bawah dua derajat. ”Dengan posisi seperti itu, sangat mustahil bulan terlihat dengan mata telanjang,” ujarnya.
Berdasarkan hal tersebut, kata Izzuddin yang juga anggota Pengurus Pusat Badan Hisab Rukyah (BHR) ini, sangat mungkin terjadi perbedaan perayaan Idul Fitri. Pasalnya, sejumlah ormas memandang posisi hilal di bawah dua derajat menunjukkan bulan belum bisa terlihat.
Karena itu kemungkinan sebagian ormas akan menyempurnakan puasa (istikmal) menjadi 30 hari. Dengan demikian, sebagian muslim akan berlebaran pada Rabu, 31 Agustus 2011.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Oman Faturrahman mengimbau warga Muhammadiyah untuk bersama-sama merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H pada Selasa, 30 Agustus 2011.
0 komentar:
Posting Komentar