"Kita sudah cek perusahaannya, rata-rata unggul, besar-besar dan yang pasti bukan bonek."
Sebagai negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, Indonesia menjadi tujuan investor dari negara lain. Terutama akibat memburuknya situasi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa beberapa waktu lalu.
Beberapa investor dari India misalnya, saat ini sedang menjajaki setidaknya empat proyek infrastruktur diberbagai daerah di Indonesia yaitu dua proyek rel kereta api dan dua proyek bandara.
"Rata-rata mereka (investor) tertarik dengan yang berhubungan dengan energi. Seperti rel kereta api di Sumatera Selatan, rel kereta api di Kalimantan, kemudian airport yang sekarang lagi penjajakan di Yogyakarta dan di Jawa Barat," kata Staf Khusus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Silmy Karim, kepada VIVAnews.com di Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2011.
Proyek rel Kereta Api di Sumatera Selatan maupun di Kalimantan sedang dalam proses pembangunan rel dengan panjang masing-masing 100 kilometer dan 300 kilometer. "Semuanya oleh India, biasanya kalau seperti itu bisa makan waktu sekitar tiga sampai lima tahun," tutur Silmy.
Sementara proyek Bandara, hingga saat ini masih dilakukan survey lahan. Karena menurutnya, lahan yang akan digunakan itu masih tergantung pada kebijakan dari pemerintah daerah masing-masing.
"Sekarang minat serius. Tapi masih lama waktu pengerjaannya. Kita juga sudah cek perusahaannya, rata-rata unggul, besar-besar, dan yang pasti bukan bonek (bondo nekad : modal nekad)," ungkapnya.
Namun, Silmy tidak dapat mengungkapkan nilai investasi yang ditawarkan oleh India maupun waktu tepatnya karena Dia menganggap BKPM tidak dapat mempublikasikan data investasi sebelum resmi dirilis seperti yang dilakukan per tiga bulanan.
"Kita tidak pernah merilis data yang belum resmi diluncurkan, tapi dibanding semester pertama kecenderungannya meningkat," kata Silmy.
Sebelumnya, realisasi PMA pada kuartal kedua 2011 bedasarkan lima besar negara asal, Singapura menempati urutan pertama dengan nilai investasi mencapai US$771,4 juta (16,1 persen) dengan 203 proyek.
Lalu disusul oleh Belanda US$634,3 juta (13,3 persen) dengan 51 proyek, Amerika Serikat mencapai US$577,0 juta (12,1 persen) dengan 47 proyek, Jepang mencapai US$389,8 juta (8,1 persen) dengan 150 proyek, lalu Korea Selatan US$199,1 juta (4,2 persen) dengan 133 proyek dan negara lainnya mencapai US$2.212,7 juta (46,2 persen) dengan 872 proyek.
Sebagai negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, Indonesia menjadi tujuan investor dari negara lain. Terutama akibat memburuknya situasi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa beberapa waktu lalu.
Beberapa investor dari India misalnya, saat ini sedang menjajaki setidaknya empat proyek infrastruktur diberbagai daerah di Indonesia yaitu dua proyek rel kereta api dan dua proyek bandara.
"Rata-rata mereka (investor) tertarik dengan yang berhubungan dengan energi. Seperti rel kereta api di Sumatera Selatan, rel kereta api di Kalimantan, kemudian airport yang sekarang lagi penjajakan di Yogyakarta dan di Jawa Barat," kata Staf Khusus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Silmy Karim, kepada VIVAnews.com di Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2011.
Proyek rel Kereta Api di Sumatera Selatan maupun di Kalimantan sedang dalam proses pembangunan rel dengan panjang masing-masing 100 kilometer dan 300 kilometer. "Semuanya oleh India, biasanya kalau seperti itu bisa makan waktu sekitar tiga sampai lima tahun," tutur Silmy.
Sementara proyek Bandara, hingga saat ini masih dilakukan survey lahan. Karena menurutnya, lahan yang akan digunakan itu masih tergantung pada kebijakan dari pemerintah daerah masing-masing.
"Sekarang minat serius. Tapi masih lama waktu pengerjaannya. Kita juga sudah cek perusahaannya, rata-rata unggul, besar-besar, dan yang pasti bukan bonek (bondo nekad : modal nekad)," ungkapnya.
Namun, Silmy tidak dapat mengungkapkan nilai investasi yang ditawarkan oleh India maupun waktu tepatnya karena Dia menganggap BKPM tidak dapat mempublikasikan data investasi sebelum resmi dirilis seperti yang dilakukan per tiga bulanan.
"Kita tidak pernah merilis data yang belum resmi diluncurkan, tapi dibanding semester pertama kecenderungannya meningkat," kata Silmy.
Sebelumnya, realisasi PMA pada kuartal kedua 2011 bedasarkan lima besar negara asal, Singapura menempati urutan pertama dengan nilai investasi mencapai US$771,4 juta (16,1 persen) dengan 203 proyek.
Lalu disusul oleh Belanda US$634,3 juta (13,3 persen) dengan 51 proyek, Amerika Serikat mencapai US$577,0 juta (12,1 persen) dengan 47 proyek, Jepang mencapai US$389,8 juta (8,1 persen) dengan 150 proyek, lalu Korea Selatan US$199,1 juta (4,2 persen) dengan 133 proyek dan negara lainnya mencapai US$2.212,7 juta (46,2 persen) dengan 872 proyek.
0 komentar:
Posting Komentar