Sebuah pelajaran yg saya dapat dari sbuah cerita :
Zuu an-Nuun al-Mishriy. Seorang guru besar tasawwuf. Suatu hari beliau berjalan kaki menuju Mesir. Setelah kelelahan berjalan, sampailah beliau di daerah perbatasan Mesir. Karena sangat lelah, lapar dan haus. Beliau pun duduk beristirahat, di sebuah tempat yang teduh. Tidak jauh dari tempatnya ada seorang pengemis yg sedang lahap menyantap makanan. Zuu an Nuun melihatnya dan mengirimkan salam persahabatan dengan isyarat senyumnya. Tak lama kemudian sang pengemis mendekatinya sambil menyerahkan sisa makanannya. Dengan berucap al-hamdulillah beliau bersiap untuk menyantap pemberian itu. Sesaat sebelum tangannya sampai pada makanan itu, sang pengemis tiba2 menendang makanan itu, lalu meludahi Zuu an Nuun. Nasi tertumpah bercampur pasir, saat pengemis itu pergi dengan perasaan tidak bersalah.
Alhamdulillah, was-Syukru lillah, ucap Zuu an-Nuun sambil menengadahkan tangannya ke langit. Wajahnya ceria dan bersemu merah, karena gembira.
Ya....... beliau gembira, sebab menurutnya Allah sedang mengajarkan padanya, bahwa sesungguhnya dia bukanlah siapa2 di hadapan Allah. Meskipun ia dikenal oleh banyak kalangan karena ilmunya, muridnya tersebar hampir di seluruh pelosok negeri namun di hadapan Allah dia tetap hamba hina yg msh memiliki begitu banyak kekurangan.Ia bersyukur telah mendapatkan penghinaan dari seorang pengemis sebab ketika itu ia tersadar bahwa sesungguhnya hanya Allah yg agung, tiada yang dapat mendekati keagungan Allah.
itulah tmn2.... Penyebab utama hadirnya amarah dari dalam diri kita sesungguhnya seringkali bersumber dari keinginan untuk dihargai. Tidak ingin disepelekan apalagi dilecehkan. Saat berada pada pelayanan publik kita sering marah, sebab kita merasa tidak dilayani dengan baik. Kita merasa tidak dihargai, merasa disia-siakan. Dalam hati kita sesungguhnya nafsu ammarah kita sedang berteriak; HAI KAMU!! SAYA INI LEBIH MULIA DARI KAMU. SAYA INI LEBIH TERHORMAT DARI KAMU. SAYA INI LEBIH BERPENDIDIKAN DARI KAMU. STATUS SOSIALMU JAUH DI BAWAH AKU. KAMU ITU HANYA PEGAWAI RENDAHAN, KENAPA ENGKAU MELECEHKAN AKU, MENGHINA AKU, MEMPERSULIT AKU....................
Karena itu amarah kita pun meledak.
Skrg saya justru bersyukur sama sperti crita diatas. ketika kmaren saya difitnah, diremehkan, dihina dan dilecehkan oleh sahabat saya sendiri,, skrg saya bersyukur, sebab Allah sedang memberikan ajaran untuk tetap tawadhu kpd saya. Allah sedang mengajarkannya tentang kekuasaan dan kebesaran Allah.
Mari memarginalkan sifat ego dan nafsu diri, agar jiwa pun selalu tersenyum.
Allah SWT my Almighty.. Thanks for always Light My way.. I'm Nothing Without You...
Alhamdulillah.. ^^,
Zuu an-Nuun al-Mishriy. Seorang guru besar tasawwuf. Suatu hari beliau berjalan kaki menuju Mesir. Setelah kelelahan berjalan, sampailah beliau di daerah perbatasan Mesir. Karena sangat lelah, lapar dan haus. Beliau pun duduk beristirahat, di sebuah tempat yang teduh. Tidak jauh dari tempatnya ada seorang pengemis yg sedang lahap menyantap makanan. Zuu an Nuun melihatnya dan mengirimkan salam persahabatan dengan isyarat senyumnya. Tak lama kemudian sang pengemis mendekatinya sambil menyerahkan sisa makanannya. Dengan berucap al-hamdulillah beliau bersiap untuk menyantap pemberian itu. Sesaat sebelum tangannya sampai pada makanan itu, sang pengemis tiba2 menendang makanan itu, lalu meludahi Zuu an Nuun. Nasi tertumpah bercampur pasir, saat pengemis itu pergi dengan perasaan tidak bersalah.
Alhamdulillah, was-Syukru lillah, ucap Zuu an-Nuun sambil menengadahkan tangannya ke langit. Wajahnya ceria dan bersemu merah, karena gembira.
Ya....... beliau gembira, sebab menurutnya Allah sedang mengajarkan padanya, bahwa sesungguhnya dia bukanlah siapa2 di hadapan Allah. Meskipun ia dikenal oleh banyak kalangan karena ilmunya, muridnya tersebar hampir di seluruh pelosok negeri namun di hadapan Allah dia tetap hamba hina yg msh memiliki begitu banyak kekurangan.Ia bersyukur telah mendapatkan penghinaan dari seorang pengemis sebab ketika itu ia tersadar bahwa sesungguhnya hanya Allah yg agung, tiada yang dapat mendekati keagungan Allah.
itulah tmn2.... Penyebab utama hadirnya amarah dari dalam diri kita sesungguhnya seringkali bersumber dari keinginan untuk dihargai. Tidak ingin disepelekan apalagi dilecehkan. Saat berada pada pelayanan publik kita sering marah, sebab kita merasa tidak dilayani dengan baik. Kita merasa tidak dihargai, merasa disia-siakan. Dalam hati kita sesungguhnya nafsu ammarah kita sedang berteriak; HAI KAMU!! SAYA INI LEBIH MULIA DARI KAMU. SAYA INI LEBIH TERHORMAT DARI KAMU. SAYA INI LEBIH BERPENDIDIKAN DARI KAMU. STATUS SOSIALMU JAUH DI BAWAH AKU. KAMU ITU HANYA PEGAWAI RENDAHAN, KENAPA ENGKAU MELECEHKAN AKU, MENGHINA AKU, MEMPERSULIT AKU....................
Karena itu amarah kita pun meledak.
Skrg saya justru bersyukur sama sperti crita diatas. ketika kmaren saya difitnah, diremehkan, dihina dan dilecehkan oleh sahabat saya sendiri,, skrg saya bersyukur, sebab Allah sedang memberikan ajaran untuk tetap tawadhu kpd saya. Allah sedang mengajarkannya tentang kekuasaan dan kebesaran Allah.
Mari memarginalkan sifat ego dan nafsu diri, agar jiwa pun selalu tersenyum.
Allah SWT my Almighty.. Thanks for always Light My way.. I'm Nothing Without You...
Alhamdulillah.. ^^,
1 komentar:
Posting Komentar