TEMPOR CYBER™  mengucapkan . . . MARHABAN YAA RAMADHON 1437 H

WELCOME TO TEMPOR CYBER™...

Tempor Cyber™ adalah situs informasi yang menyajikan berita-berita terkini,baik berita daerah,berita dalam negeri maupun berita luar negeri juga menyampaikan segudang berita gosip, dunia intertainment, tips trik komputer, dan lain sebagainya yang tentunya semata-mata untuk memanjakan anda sebagai pembaca.

BLACKBERRY MERAIH SUKSES DI INDONESIA

Kemampuan Playbook cukup hebat, wajar karena ia dipersiapkan untuk menjadi lawan bagi iPad 2. Menggunakan layar sentuh kapasitif, LCD 7 inch WSVGA yang memiliki resolusi 1024 x 600. Perangkat ini didukung penuh multi touch dan gesture.

Galaxy SII Ditarget Teruskan Kejayaan Galaxy S

Galaxy S II menggunakan sistem operasi Android 2.3 alias Gingerbread. Disertai prosesor 1,2 GHz dual core dan RAM 1 GB yang membuat performanya makin mulus. Selain itu masih ditambahi interface andalan Samsung yaitu TouchWiz versi 4.0, diharapkan memudahkan pengguna dalam mengoptimalkan Android 2.3 Gingerbread.

KAPOLDA JATENG KEDEPANKAN PENCEGAHAN,REDAM AKSI ANARKIS MASSA

Peragaan Sispamkota ini melibatkan 933 personil, baik dari unsur TNI/Polri maupun Satpol PP. Selain penanganan unjuk rasa, dalam kesempatan itu juga diperagakan simulasi penanganan teror bom.

LASKAR PELANGI MEMBEDAH DUNIA PENDIDIKAN

Menceritakan tentang persahabatan dan setia kawanan yang erat dan juga mencakup pentingnya pendidikan yang begitu mendalam. Serta kisahnya yang mengharukan.

IPAD-3 BAKAL PAKAI LAYAR RETINA DISPLAY??

iPhone generasi pertama hingga Apple 3GS memakai resolusi HVGA 320 x 480 pixel yang kemudian ditingkatkan 2 kalinya pada iPhone 4 menjadi 960 x 640 pixel. Sementara, pada iPad 3, tidak heran resolusinya yang saat ini sebesar 1024 x 768 juga telah dinaikkan menjadi dua kali yaitu 2048 x 1536 pixel

ARTI PERSAHABATAN SEBENARNYA

Satukan dua tangan yang lain menjadi satu genggaman yang kukuh bersama tuk meringankan beban antara satu dengan yang lain

ALON - ALON SIMPANG LIMA PATI-JATENG

Alon-alon Simpang Lima Pati nampak tenang pada siang hari,sungguh jauh berbeda kenyataannya kala malam hari yang penuh sesak dikunjungi para pedagang dan warga Pati tentunya.

PENYAMBUTAN PENGHARGAAN ADIPURA

Kabupaten Pati memperoleh perhargaan ADIPURA ini untuk kesekian kalinya.Sebagai warga Pati,kami sangat bangga terhadap penghargaan ini.Maju terus Kota Kelahiranku.

PRESIDEN SOESILO BAMBANG YUDHOYONO PIMPIN UPACARA DI ISTANA NEGARA

Peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Ri berlangsung khidmat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai inspektur upacara dalam upacara yang berlangsung di halaman Istana Merdeka.

Rabu, 13 Juli 2011

Fatwa Soal Aqidah

Akidah yang lurus, yakni Islam adalah modal awal bagi diterimanya semua amal kebaikan. Jika terjadi penyimpangan di dalamnya, syirik misalnya, maka akidah itu menjadi tidak berguna sama sekali. Allah berfirman, "Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (Al An'am: 88). Apalagi kekufuran, ia mengantarkan pelakunya kepada kesia-siaan, apapun kebajikan yang dilakukannya; "Siapa yang kafir sesudah beriman maka hapuslah amalannya dan ia di hari Akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (Al Maidah: 5)
Karena itu akidah yang lurus harus senantiasa kita pertahankan dan kita jaga, betapapun besar fitnah yang mengguncang. Akhir-akhir ini banyak fitnah akidah yang menimpa umat Islam, di antaranya isu bahwa tuhan yang disembah oleh penganut agama-agama adalah sama. Hal ini tidak mustahil bisa mengarah pada gagasan penyatuan agama-agama, (lihat Kompas, 8/8/1997). Lalu, bahwa dengan mempelajari ajaran agama lain, kita bisa memantapkan keimanan kita, (lihat Alwi Shihab, Republika, 9/8/1997). Agar kita tidak mudah termakan oleh berbagai isu tersebut, sekaligus untuk memantapkan keimanan dan ketauhidan kita, berikut ini dinukilkan fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Saudi Arabia yang beranggotakan ulama-ulama besar Saudi Arabia tentang gagasan penyatuan agama-agama serta berbagai masalah akidah yang berkaitan dengannya.
Bagian pertama dari dua tulisan
Menjawab berbagai pertanyaan yang terus mengalir, maka setelah mempelajari dan menganalisa tentang masalah seruan terhadap penyatuan agama-agama atau pendekatan antar agama, dengan ini Lembaga Fatwa Saudi Arabia menfatwakan hal-hal berikut:
  • Pertama: Di antara prinsip-prinsip akidah dalam Islam yang wajib diketahui setiap muslim serta telah menjadi konsensus (kesepa-katan) umat Islam adalah di muka bumi ini tidak ada agama yang haq selain dari agama Islam. Islam adalah penutup semua agama dan syari'at. Islam datang untuk menghapus agama-agama sebelumnya, juga segenap syari'atnya. Oleh sebab itu maka tidak ada agama di muka bumi ini yang karenanya kita menyembah Allah kecuali agama Islam. Allah berfirman, "Barang siapa mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali (agama itu) tidak akan diterima daripadanya, dan kelak di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi." (Ali Imran: 85)
  • Kedua: Termasuk prinsip akidah dalam Islam adalah bahwa-sanya kitab Allah Al Qur'anul Karim adalah kitab yang terakhir diturunkan oleh Allah, dan Al Qur'an menghapus berlakunya kitab-kitab yang diturun-kan Allah sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, Injil dan lainnya. Tidak ada kitab selain Al Qur'an yang dengan-nya kita beribadah kepada Allah. "Dan kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian tehadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu." (Al Maidah: 48)
  • Ketiga: Kita wajib mengimani bahwa kitab Taurat dan Injil telah dihapus dan tidak berlaku lagi dengan diturunkannya Al Qur'an. Dan bahwa pada keduanya telah terjadi penye-lewengan, perubahan, penambahan dan pengurangan. Hal ini sebagai-mana telah dijelaskan Allah dalam banyak firmanNya, di antaranya, "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)." (Al Maidah: 13) "Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan-tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Al Baqarah: 79) "Sesungguhnya di antara mere-ka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah," Padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 78)
Karena itu, apa saja yang ada dalam kitab-kitab itu maka dia telah terhapus dengan datangnya Islam. Selain dari pada itu ia telah banyak diubah dan diganti. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam marah saat melihat Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu memegang lembaran yang berisi Kitab Taurat, bahkan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apakah engkau masih ragu-ragu wahai Ibnu Khattab? Bukankah aku telah datang dengannya dalam keadaan putih bersih? Seandainya saudaraku Musa masih hidup, ia tidak ada pilihan lain kecuali (harus) mengikutiku." (HR. Ahmad, Ad Darimi dan lainnya)
  • Keempat: Di antara prinsip-prinsip akidah Islam yang lain yaitu bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah penutup segenap nabi dan rasul, seperti difirmankan Allah: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi." (Al Ahzab: 40)
Karena itu, tidak ada seorang rasul pun yang wajib diikuti pada saat ini kecuali Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan seandainya salah satu dari nabi dan rasul Allah hidup kembali, mereka tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal ini ditegaskan Allah dalam firmanNya: "Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada-mu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?" Mereka men-jawab, "Kami mengakui." Allah berfirman, "Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."(Ali Imran: 81)
Dan Nabi Isa Alaihis Salam jika telah turun pada akhir zaman, niscaya ia akan mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam serta berhukum dengan syari'atnya. Allah berfirman, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka." (Al A'raaf: 157) Juga termasuk prinsip akidah Islam yaitu bahwa diutusnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah untuk segenap manusia. Allah berfirman, "Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pemba-wa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyak-an manusia tidak mengetahuinya." (Saba': 28)
"Katakanlah (hai Muhammad), hai manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada kalian semua." Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.
  • Kelima: Di antara prinsip-prinsip Islam lainnya yaitu kita wajib meyakini bahwa orang yang tidak memeluk agama Islam adalah kafir, baik mereka itu Yahudi, Nashrani atau lainnya. Dan bahwa mereka itu adalah musuh Allah serta pasti masuk Neraka. Allah berfirman, "Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik mengatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata." (Al Bayyinah: 1). Allah juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (Al Bayyinah: 6)
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku di TanganNya, tidak seorangpun mendengar tentangku dari umatku ini, baik seorang Yahudi maupun Nashrani, kemudian ia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, melainkan ia termasuk penghuni Neraka."
Karena itu, siapa saja yang tidak mengkafirkan orang Yahudi dan Nashrani maka orang itu kafir, sebagaimana dalam kaidah syari'at disebutkan: "Siapa yang tidak mengkafirkan orang yang kafir, maka dia adalah orang kafir."
  • Keenam: Berdasarkan berbagai prinsip akidah dan hakekat syari'at sebagaimana disebutkan terdahulu, maka seruan kepada penyatuan agama-agama, pendekatan antaragama atau menjadikannya sebagai satu agama himpunan adalah suatu kekejian dan kemungkaran, tuju-annya mencampur adukkan antara yang haq dengan yang batil, menghancurkan Islam, membinasakan pilar-pilar penyangganya serta menyeret para pemeluknya kepada kemurtadan secara total. Hal ini sesuai dengan firman Allah, "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (Al Baqarah: 217) "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)." (An Nisa: 89)
  • Ketujuh: Di antara bentuk seruan penyatuan agama-agama itu adalah meniadakan perbedaan antara Islam dan kekufuran, kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan kemungkaran serta menghancurkan pembatas antara umat Islam dan orang-orang kafir. Tidak ada lagi Wala' (kesetiaan kepada Islam) dan Bara' (berlepas diri dari kekufuran). Tidak ada lagi jihad untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
  • Kedelapan: Sesungguhnya jika seruan kepada penyatuan agama-agama itu datang dari seorang muslim maka itu berarti ia telah murtad dari agama Islam, karena hal itu bertentangan dengan prinsip-prin-sip akidah, sehingga dia rela dengan kekufuran, menafikan kebenaran Al Qur'an dan bahwa ia meng-hapus berlakunya kitab-kitab yang diturunkan sebe-lumnya, menghapus seluruh syari'at dan agama yang ada sebelumnya. Berda-sarkan itu semua, maka ide dan gagasan penyatuan agama-agama hukumnya haram ditinjau dari Al Qur'an dan Ijma'.
  • Kesembilan: Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di muka maka perlu diketahui hal-hal berikut:
    1. Seorang muslim yang mengimani Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya tidak boleh menyerukan kepada ide dan gagasan penyatuan agama-agama tersebut, apalagi menerima dan menerapkannya dalam kehidupan di tengah-tengah umat Islam.
    2. Seorang muslim tidak dibolehkan mencetak Taurat dan Injil, apalagi jika mencetaknya dengan disatukan bersama Al Qur'an dalam satu sampul. Siapa yang melakukan atau menyeru kepadanya maka dia telah tersesat. Karena itu berarti telah mencampuradukkan antara yang benar dengan yang batil, yang diberlakukan oleh Allah dengan yang sudah dihapuskanNya.
    3. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa hanya Islamlah satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah. Mengakui dan menyeru bahwa agama bagi penduduk di muka bumi ada tiga, dan di mana saja yang dipilih akan sama saja belaka, tak diragukan lagi adalah suatu kekufuran dan kesesatan. Sebab hal itu jelas-jelas bertentangan sekali dengan Al Qur'an, As Sunnah dan Ijma' ulama Islam.
Sebagaimana tidak dibenarkan pula menamai tempat-tem pat ibadah selain masjid dengan "Baitullah" (Rumah Allah) dan bahwa orang-orang yang beribadah di dalamnya beribadah secara benar dan diterima di sisi Allah. Sebab mereka beribadah tidak atas dasar agama Islam, padahal Allah berfirman, "Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (Ali Imran: 85)
Sebaliknya, ia adalah rumah yang di dalamnya Allah diingkari dan dikufuri. Kami berlindung kepada Allah dari kekufuran dan para pendukungnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam Majmu' Fatawa, 22/162 mengatakan: Biara-biara dan gereja-gereja itu bukanlah rumah-rumah Allah. Rumah-rumah Allah hanyalah masjid-masjid. Sebaliknya, ia adalah rumah-rumah di mana Allah diingkari dan dikufuri, meskipun terkadang di dalamnya disebut nama Allah. Rumah-rumah itu adalah tergantung kepada para penghuninya, sedangkan para penghuni rumah-rumah itu adalah orang-orang kafir, karena itu ia adalah rumah-rumah ibadah orang-orang kafir.
    1. Wajib diketahui bahwa mendakwah-kan Islam kepada segenap umat manusia hukumnya wajib bagi umat Islam, berdasar-kan dalil-dalil yang tegas dari Al Qur'an dan As Sunnah. Tetapi, hal itu tidak boleh kecuali dengan jalan penjelasan dan dialog yang baik (jidal hasan), dengan tidak merendahkan sedikitpun terhadap syari'at-syari'at Islam, sehingga mereka puas dan telah tegak hujjah di hadapannya. "Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata (pula)." (Al Anfal: 42)
"Katakanlah, 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.' Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, 'Saksi- kanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Ali Imran: 64)
Adapun menyelenggarakan dialog dengan mereka agar kita tunduk dengan keinginan mereka, untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka dan mencerabut iman dan akidah Islam, maka hal itu adalah batil, tidak dibenarkan Allah dan RasulNya dan orang-orang beriman. Allah berfirman: "Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu." (Al Ma'idah: 49)
Jika hal-hal di atas telah jelas bagi umat manusia, maka kami berpesan kepada umat Islam pada umumnya dan khususnya para ahli ilmu agar bertakwa kepada Allah dan senantiasa menjagaNya, meneguhkan Islam dan menjaga akidah umat Islam dari kesesatan dan para penyerunya, dari kekufuran dan para pemeluknya, serta agar mewaspadai seruan penyatuan agama-agama, dan dari terjerumus ke dalamnya. Kita berlindung kepada Allah dari setiap orang Islam yang menjadi sebab bagi kesesatan tersebut ke segenap negeri-negeri Islam. Kita memohon kepada Allah dengan Nama-namaNya Yang Maha Indah dan Sifat-sifatNya Yang Maha Agung agar menghindarkan kita dari fitnah yang menyesatkan tersebut. Dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk, para pembenteng Islam dengan petunjuk dan cahaya dari Tuhan kita, sampai kita menemuiNya sedang Dia ridha kepada kita. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, segenap keluarga, sahabat dan para pengikut mereka yang setia. Amin.

MENGENAL ALLAH 'AZZA WA JALLA

Apabila anda ditanya: Siapakah Tuhanmu?
Maka katakanlah: Tuhanku adalah Allah yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala ni'mat yang dikaruniakan-Nya. Dan Dialah sesembahanku, tiada sesembahan yang haq selain Dia.
Allah SWT berfirman :
الْحَمْدُ لِلَّـهِ رَ‌بِّ الْعَالَمِينَ
"Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Pemelihara semesta alam." (Surah Al Fatihah : 2).
Semua yang ada selain Allah SWT disebut Alam, dan aku adalah salah satu dari semesta alam ini.
Selanjutnya jika anda ditanya: Melalui apa anda mengenal Tuhan?
Maka hendaklah anda jawab: Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah: adanya malam, siang, matahari, dan bulan. Sedang di antara ciptaan-Nya ialah: tujuh langit dan bumi juga beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya.
Firman Allah Ta'ala :وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ‌ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ‌ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ‌ وَاسْجُدُوا لِلَّـهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu sujud) kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan mereka, jika kamu benar-benar menyembah-Nya semata."
(Surah Fushshilat : 37).
Dan firman-Nya : إِنَّ رَ‌بَّكُمُ اللَّـهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْ‌شِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ‌ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ‌ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَ‌اتٍ بِأَمْرِ‌هِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ‌ ۗ تَبَارَ‌كَ اللَّـهُ رَ‌بُّ الْعَالَمِي
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan (Dia ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, hanya hak Allah mencipta dan memerintah itu. Mahasuci Allah Tuhan semesta alam."
(Surah Al A'raaf : 54).
Tuhan inilah yang haq untuk disembah. Dalilnya firman Allah Ta'ala :يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَ‌بَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ  الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْ‌ضَ فِرَ‌اشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَ‌جَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَ‌اتِ رِ‌زْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّـهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Yaitu Tuhan yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit lalu dengan air itu Dia mengeluarkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu janganlah kamu membuat sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui."
(Surah Al-Baqarah: 21-22).

Ibnu Katsir, Rahimahullah Ta'ala, mengatakan : "Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam bentuk ibadah."
Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Allah SWT itu antara lain: Islam, iman, ihsan, do'a, khauf (takut), raja` (mengharap), tawakkal, raghbah (penuh minat), rahbah (cemas), khusyu' (tunduk), khasyyah (takut), inabah (kembali kepada-Nya), isti'anah (memohon pertolongan), isti'adzah (meminta perlindungan), istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), dzabh (penyembelihan), nadzar dan macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman :وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّـهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di samping menyembah Allah." (Surah Al-Jinn : 18).
Karena itu, barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka dia adalah musyrik dan kafir. firman Allah Ta'ala yang berarti sebagai berikut :وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ‌ لَا بُرْ‌هَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَ‌بِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُ‌ونَ
"Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping menyembah Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada sesembahannya. Sungguh, tiada beruntung orang-orang kafir itu." (Surah Al-Mu`minun : 117).

Dalil macam-macam ibadah:
  1. Dalil do'a
    Firman Allah Ta'ala :
    وَقَالَ رَ‌بُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُ‌ونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِ‌ينَ
    "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kamu kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam kekadaan hina." (Surah Ghaafir : 60).
    Dan diriwayatkan dalam sebuah hadits : "Do'a itu adalah inti ibadah." (H.R. Tirmidzi).

  2. Dalil Khauf (takut)
    Firman Allah Ta'ala :
    إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِي
    "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Surah Ali Imran: 175).

  3. Dalil Raja` (mengharap)
    Firman Allah Ta'ala :
    فَمَنْ كَانَ يَرْ‌جُو لِقَاءَ رَ‌بِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِ‌كْ بِعِبَادَةِ رَ‌بِّهِ أَحَدًا
    "….maka barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal sholeh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
    (Surah Al-Kahfi:110)
    .

  4. Dalil Tawakkal (berserah diri) :
    Firman Allah Ta'ala :
    وَعَلَى اللَّـهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
    "…..dan bertawakkallah kamu hanya kepada Allah jika kamu benar-benar orang yang beriman."
    (Surah Al-Maidah : 23).

    Juga firman-Nya  :
    وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
    "...dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia-lah yang akan mencukupinya..."
    (QS Ath-Thalaq: 3).

  5. Dalil Raghbah (penuh minat)
    Firman Allah Ta'ala :
    ...
    إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِ‌عُونَ فِي الْخَيْرَ‌اتِ وَيَدْعُونَنَا رَ‌غَبًا وَرَ‌هَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
    "…Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdo'a kepada kami dengan penuh minat (terhadap rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami." (QS Al-Anbiyaa`: 90).

  6. Dalil Khasyyah (takut)
    Firman Allah Ta'ala :
    إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ
    "…Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku..."
    (QS Al-Baqoroh : 150).

  7. Dalil Inabah (kembali kepada Allah)
     
    وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَ‌بِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُ‌ونَ
    "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu serta berserah-dirilah kepada-Nya (dengan menta'ati perintah-Nya) sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi)."
    (QS Az Zumar : 54).
  8. Dalil Isti'anah ( memohon pertolongan )
    Firman Allah Ta'ala :
    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
    "Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (Surah Al-Fatihah : 5).
    Dan diriwayatkan dalam sebuah hadits : "Apabila kamu memohon pertolongan maka memohonlah pertolongan kepada Allah..." (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

  9. Dalil Isti'adzah (meminta perlindungan)
    Firman Allah Ta'ala :
    قُلْ أَعُوذُ بِرَ‌بِّ الْفَلَقِ
    "Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang menguasai subuh." (Surah Al-Falaq : 1).

    Dan firman-Nya :
    قُلْ أَعُوذُ بِرَ‌بِّ النَّاسِ
    "Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Penguasa manusia." (Surah An-Naas :1).

  10. Dalil Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan)
    Firman Allah Ta'ala :
    إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَ‌بَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْ‌دِفِي
    (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (Surah Al-Anfal 8:9).

  11. Dalil Dzabh (penyembelihan)
    Firman Allah Ta'ala :
    قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَ‌بِّ الْعَالَمِينَ  لَا شَرِ‌يكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْ‌تُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
    "Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, penyembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya)..."
    (Surah Al-An'am: 162-163)
    .

    Dan dalilnya dari Sunnah : "Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) karena selain Allah SWT." (H.R. Muslim dan Ahmad).

  12. Dalil Nadzar
    Firman Allah Ta'ala :
    يُوفُونَ بِالنَّذْرِ‌ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّ‌هُ مُسْتَطِيرً‌ا
    "Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana." (Surah Al-Insaan : 7).

HUKUM BERTANYA KEPADA DUKUN & TUKANG RAMAL

Di zaman modern yang serba canggih, semua berita dapat diakses di seluruh dunia dalam waktu yang singkat, masih ada sebagian masyarakat yang mempercayai cerita-cerita atau berita-berita bohong yang tidak berdasar sama sekali, baik secara syar'i yang datang dari Al Qur-an dan As Sunnah, maupun yang dapat diterima oleh akal manusia. Baik cerita dari nenek moyang atau berita dari dukun. Kami ingin membahas sedikit tentang dukun/tukang ramal, dari mana mereka mendapatkan berita, apa hukum orang yang datang kepada dukun, hukum orang yang mempercayainya, dan contoh-contoh yang ada pada zaman ini.
Pengertian Dukun & Tukang Ramal
Dukun dalam bahasa Arab disebut Kahin dan tukang ramal disebut 'Arraf. Pengertian 'Arraf (tukang ramal) adalah: orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang.
Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati. Menurut Syeikh Islam Ibnu Taimiyah : 'Arraf , Kahin ,Munajjim (ahli nujum) adalah nama yang sama untuk dua makna di atas. (Al-Jami' Al-Farid, hal 124)
Jadi dalam istilah kita dukun dan tukang ramal adalah orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan datang baik itu kabar baik atau jelek, dapat menunjukan barang yang dicuri atau tempat kehilangan suatu barang dan tahu hal-hal yang ghaib serta sesuatu yang ada dalam hati.
Allah Ta'ala berfirman  : وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ‌ وَالْبَحْرِ‌ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَ‌قَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْ‌ضِ وَلَا رَ‌طْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِي
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh )."(QS Al-An'am : 59)
Dalam ayat ini sangat jelas bahwa sesuatu yang ghaib atau yang akan datang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta'ala, sampai pun Rasulullah SAW. tidak mengetahuinya kecuali sesuatu yang dikabarkan oleh Allah melalui wahyu. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW. ditanya tentang hari kiamat maka beliau tidak mampu menjawab, karena tidak ada yang mengetahui kapan terjadi hari kiamat kecuali hanya Allah Tabaaraka wa Ta'ala.
Juga ketika Rasulullah SAW. meminta kepada Allah Ta'ala agar membolehkan sebagian umatnya yang dilarang untuk minum di telaganya pada hari kiamat kelak, dijawab oleh Allah SWT: Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat setelah engkau meninggal. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW. tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Kalau saja Rasulullah SAW. merupakan makhluk yang peling bertakwa disisi Allah SWT. yang diutus oleh Allah SWT. tidak mengetahui sesuatau yang ghaib atau yang akan datang kecuali yang dikabarkan oleh Allah SWT., bagaiman dengan yang lainnya yang jauh dari ketakwaan kepada Allah SWT. Bahkan sebagian mereka tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik itu shalat, puasa, atau yang lainnya dengan dalih dia sudah ma'shum, sudah diampunkan dosanya dan lain sebagainya.
Dari Mana Seorang Dukun Mendapatkan Kabar?
Sering kita dengar bahwa dukun fulan mendapatkan kabar atau mengabari akan terjadi ini dan itu. Yang terkadang kabar itu benar walaupun jarang sekali atau cuma sekali. Dari manakah dia mendapatkan kabar tersebut?
Diberitakan dalam sebuah hadits bahwa apabila Allah SWT. memutuskan suatu perkara, para jin pencuri berita yang berdiri satu diatas yang lainnya dari bumi sampai ke langit paling bawah dan mencuri dengar berita tersebut dari pembicaraan malaikat. Kemudian dia menyampaikannya kepada jin yang di bawahnya, dia juga menyampaikannya kepada jin yang dibawahnya dan demikian seterusnya sampai ke telinga dukun yang ada di bumi.

Terkadang salah satu jin itu disambar bintang berekor (meteor) sebelum menyampaikan berita, juga terkadang dia disambar setelah manyampaikannya dan menambahkan ratusan kebohongan dalam berita tersebut.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa terkadang kabar itu benar, tetapi di dalamnya terkandung ratusan kebohongan yang berasal dari bisikan syaitan. Dengan begitu kita sebagai umat Muhammad SAW. tidak yang percaya dengan risalahnya tidak patut untuk mempercayai kabar-kabar yang berasal dari dukun dan tukang ramal, baik itu kejadian jelek atau baik yang akan menimpa kita. Karena semua kejadian yang akan terjadi tidak ada yang dapat mengetahui kecuali Allah SWT., dan tidak akan terjadi kecuali atas kehendak-Nya.
Apa Hukum Orang Yang Mendatangi Dukun Atau Tukang Ramal ?
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dari istri-istri Rasulullah SAW. dari Nabi SAW., beliau bersabda yang artinya : "Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari."
Diriwayatkan juga oleh oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW. bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya maka dia telah kufur dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW."
Dan dari Abu Hurairah juga : "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya meka dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW."
Dari tiga hadits diatas kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang datang kepada seorang dukun atau peramal dan dia bertanya tentang sesuatu tetapi dia tidak mempercayainya maka hukumnya adalah sholatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari, seperti yang disebutkan dalam hadits pertama. Akan tetapi jika dia mempercayainya maka hukumnya adalah dia dianggap telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Qur'an, sebagaimana disebutkan dalam dua hadits berikutnya.
Hal ini banyak terjadi pada zaman sekarang seperti ramalan-ramalan untuk bintang-bintang tertentu. Misalnya seseorang berbintang Libra, Leo, Sagitarius atau yang lainnya karena ia dilahirkan pada bulan-bulan tertentu sesuai nama bintang-bintang tersebut. Kemudian ia ingin tahu ramalan untuk bintangnya, baik benar-benar ingin tahu atau sekedar membaca, baik dari koran, majalah atau yang lainnya. Atau ia bertanya langsung kepada tukang ramal tentang apa yang akan terjadi, rezeki, jodohnya, atau yang lainnya. Maka orang seperti ini dikategorikan orang yang datang kepada tukang ramal atau dukun.

Jika ia tidak mempercayainya maka hukumnya adalah sholatnya tidak diterima selama empat puluh haari, tetapi jika ia mempercayainya bahkan ia mengerjakan apa yang diramalkan maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.. Juga yang banyak terjadi dikalangan kaum Muslimin, ketika seseorang ingin menikah atau mengadakan pesta, ia bertanya kepada tukang ramal kapan hari baiknya atau apa yang akan terjadi jika ia melakukan ini dan itu, kemudian ia mempercayainya bahkan mengerjakan apa yang diminta oleh tukang ramal tersebut. Kebiasaan yang juga banyak dilakukan oleh kaum Muslimin adalah mempercayai kepercayaan bangsa Cina tentang Shio. Misalnya tahun 2000 shionya adalah Naga dan tahun 2001 sionya adalah Ular. Kalau sionya ini maka akan terjadi ini kalau itu maka yang terjadi adalah itu, waspadalah untuk melakukan ini atau kerjakan itu agar hidup anda selamat dsb.

Hal-hal seperti ini banyak dipercayai bahkan diikuti oleh kebanyakan kaum Muslimin. Inilah fenomena yang terjaadi dalam masyarakat yang telah mengalami kemajuan teknologi, tetapi mengalami kemunduran dalam Aqidahnya.
Kesimpulannya, hukum orang yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya atau kepada dukun paling rendah adalah sholatnya tidak diterima selama empat puluh haridan yang lebih dari itu adalah dia telah kufur kepada apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah :
  1. Dukun atau peramal adalah orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib, sesuatu yang akan terjadi, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat barang yang hilang dan mengaku mengetahui sesuatu yang tersimpan dalam hati.
  2. Tukang ramal atau dukun mendapatkan kabar dari jin yang mencuri dengar kabar dari langit yang seringkali mereka disambar bintang berekor (meteor) sebelum menyampaikan berita tersebut kepada yang lain atau dia tidak tersambar dan dapat menyampaikan berita namun dengan menambahkan ratusan kebohongan padanya.
  3. Haram hukumnya bertanya kepada tukang ramal. Hukum paling ringan adalah tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari. Wallahu a'lam bisshowaab. (Tholhah)

Apakah Mani Itu Najis?

Ada beberapa hal yang sebagian orang menganggapnya najis. Namun sebenarnya jika kita merujuk pada dalil, maka hal ini perlu ditinjau ulang. Semoga pembahasan berikut bermanfaat bagi kita sekalian.

Kaedah Yang Mesti Dipahami
Untuk mengawali pembahasan ini ada dua kaedah yang mesti diperhatikan.


Pertama: Hukum asal segala sesuatu adalah suci. Sesuatu bisa dikatakan najis jika dikatakan oleh syari’at melalui dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Tidak diragukan lagi, menghukumik sesuatu itu najis ini berarti memberikan pembebanan (taklif) pada hamba. Hukum asalnya, lepas dari kewajiban. Lebih-lebih dalam perkara yang sudah diketahui secara pasti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kita petunjuk untuk diam (tidak mempersoalkan) perkara yang Allah diamkan dan ini berarti Allah memaafkannya.”

Kedua: Sesuatu yang haram belum tentu najis.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh bagi seorang hamba untuk menghukumi sesuatu itu najis hanya berdasar pemikirannya semata yang jelas rusaknya atau kelirunya dalam berdalil sebagaimana yang diklaim oleh sebagian ulama bahwa sesuatu yang Allah haramkan pastilah najis. Ini sungguh klaim yang betul-betul rusak. Perlu diketahui bahwa diharamkannya sesuatu tidaklah menunjukkan bahwa ia itu najis baik itu ditunjukkan dengan dalil muthobaqoh (tekstual), tadhommun (pendalaman dalil) dan iltizam (konsekuensi dari dalil).”
Asy Syaukani lalu menjelaskan, “Seandainya sekedar Allah haramkan sesuatu menjadikan sesuatu tersebut najis, maka seharusnya mengenai firman Allah Ta’ala,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ

Diharamkan atas kamu ibu-ibumu …” (QS. An Nisa’: 23), wanita-wanita yang disebutkan dalam ayat ini harus dikatakan najis. Namun tentu kita tidak berani mengatakan seperti ini karena seorang muslim tidaklah najis baik ketika hidup maupun mati sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Berikut kita tinjau beberapa hal yang dianggap najis dan kita bandingkan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan hal tersebut.

Mani
Mani atau cairan semen adalah cairan yang keluar ketika mimpi basah atau berhubungan intim. Ciri-ciri mani adalah warnanya keruh, memiliki bau yang khas, keluar dengan syahwat, keluar dengan memancar dan membuat lemas. Bedanya madzi dan mani, madzi adalah cairan tipis dan putih, keluar tanpa syahwat, tanpa memancar, tidak membuat lemas dan keluar ketika muqoddimah hubungan intim. Madzi itu najis, sedangkan mengenai status mani apakah najis ataukah suci terdapat perselisihan di kalangan ulama.

Ada yang mengatakan bahwa mani itu najis seperti Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya.

Dalil ulama yang menyatakan bahwa mani itu najis adalah riwayat dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَغْسِلُ الْمَنِىَّ ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى الصَّلاَةِ فِى ذَلِكَ الثَّوْبِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى أَثَرِ الْغَسْلِ فِيهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencuci bekas mani (pada pakaiannya) kemudian beliau keluar untuk melaksanakan shalat dengan pakaian tersebut. Aku pun melihat pada pakaian beliau bekas dari mani yang dicuci tadi.”

Sedangkan ulama lainnya menganggap bahwa mani itu suci. Ulama yang berpendapat seperti ini adalah para pakar hadits, Imam Asy Syafi’i, Daud Azh Zhohiri, dan salah satu pendapat Imam Ahmad. Dalil yang mendukung pendapat kedua ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa ‘Aisyah pernah mengerik pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkena mani. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

كُنْتُ أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه

Aku pernah mengerik mani tersebut dari pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Dalam lafazh lainnya, dari ‘Alqomah dan Al Aswad, mereka mengatakan,

أَنَّ رَجُلاً نَزَلَ بِعَائِشَةَ فَأَصْبَحَ يَغْسِلُ ثَوْبَهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّمَا كَانَ يُجْزِئُكَ إِنْ رَأَيْتَهُ أَنْ تَغْسِلَ مَكَانَهُ فَإِنْ لَمْ تَرَ نَضَحْتَ حَوْلَهُ وَلَقَدْ رَأَيْتُنِى أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَرْكًا فَيُصَلِّى فِيهِ.

“Ada seorang pria menemui ‘Aisyah dan di pagi hari ia telah mencuci pakaiannya (yang terkena mani). Kemudian ‘Aisyah mengatakan, “Cukup bagimu jika engkau melihat ada mani, engkau cuci bagian yang terkena mani. Jika engkau tidak melihatnya, maka percikilah daerah di sekitar bagian tersebut. Sungguh aku sendiri pernah mengerik mani dari pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat dengan pakaian tersebut.”

Penulis Kifayatul Akhyar, Taqiyuddin Abu Bakr Ad Dimaysqi rahimahullah mengatakan, “Seandainya mani itu najis, maka tidak cukup hanya dikerik (dengan kuku) sebagaimana darah (haidh) dan lainnya. Sedangkan riwayat yang menyatakan bahwa mani tersebut dibersihkan dengan dicuci, maka ini hanya menunjukkan anjuran dan pilihan dalam mensucikan mani tersebut. Inilah cara mengkompromikan dua dalil di atas. Dan menurut ulama Syafi’iyah, hal ini berlaku untuk mani yang ada pada pria maupun wanita, tidak ada beda antara keduanya.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Sudah maklum bahwa para sahabat pasti pernah mengalami mimpi basah di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pasti pula mani tersebut mengenai badan dan pakaian salah seorang di antara mereka. Ini semua sudah diketahui secara pasti. Seandainya mani itu najis, maka tentu wajib bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk menghilangkan mani tersebut dari badan dan pakaian mereka sebagaimana halnya perintah beliau untuk beristinja’ (membersihkan diri selepas buang air), begitu pula sebagaimana beliau memerintahkan untuk mencuci darah haidh dari pakaian, bahkan terkena mani lebih sering terjadi daripada haidh. Sudah maklum pula bahwa tidak ada seorang pun yang menukil kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan salah seorang sahabat untuk mencuci mani yang mengenai badan atau pakaiannya. Dari sini, diketahui dengan yakin bahwa mencuci mani tersebut tidaklah wajib bagi para sahabat. Inilah penjelasan yang gamblang bagi yang ingin merenungkannya.”
Yang dimaksud dengan mengerik di sini adalah menggosok dengan menggunakan kuku atau pengerik lainnya. Seseorang bisa membersihkan badan atau pakaian yang terkena mani dengan cara mengerik jika mani tersebut dalam keadaan kering. Dan jika hanya dikerik masih banyak tersisa, maka lebih baik dengan dicuci.

Ringkasnya, mani itu suci. Inilah pendapat yang lebih kuat.
Insya Allah, kita akan membahas beberapa hal lainnya yang disangka najis seperti khomr (arak) dan darah. Semoga Allah mudahkan.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.