TEMPOR CYBER™  mengucapkan . . . MARHABAN YAA RAMADHON 1437 H

Kamis, 04 Agustus 2011

Poligami, Sunnahkah?

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ustadz, saya mendapat email dari seorang saudara yang mengatakan bahwa poligami itu bukanlah sunnah nabi SAW. Tapi poligami boleh dilakukan dalam keadaan terdesak, bagaimana pendapat ini sebenarnya ustadz?
Wassalam.

Jawaban:

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Memang di kalangan ulama ada sedikit perbedaan berkaitan dengan hukum berpoligami, yaitu antara yang menganggapnya sebagai anjuran atau sunnah yang lebih baik dilaksanakan, dan antara pendapat yang mengatakan bahwa poligami itu hukumnya boleh saja, tapi tidak menjadi sebuah anjuran atau keutamaan. Barangkali salah satu faktor mengapa terjadi perbedaan seperti itu adalah bahwa setiap ulama memiliki dan melihat fenomena yang berbeda pada setiap orang. Di masyarakat yang memang poligami itu sudah merupakan ‘urf atau sesuatu yang biasa dikerjakan orang, maka biasanya para ulama disitu lebih sering menganjurkan poligami. Sebaliknya, di negeri di mana poligami itu tidak menajdi ‘urf atau kebiasaan masyarakat, para ulamanya pun tidak terlalu ‘menggebu’ untuk menganjurkan masyarakat berpoligami.

Bila kita lihat kenyataan dari zaman shahabat misalnya, maka kita melihat adanya keseimbangan antara yang berpoligami dengan yang tidak. Umumnya mereka yang dari segi finanasialnya sudah lumayan baik, menjadi wajar untuk berpoligami. Dan sebaliknya, bila kemampuan finansialnya tidak jelas, mereka pun tidak lantas mengejar-ngejar poligami. Jadi masalah poligami tidak bisa diterapkan hukumnya secara sama pada setiap orang dan juga tidak pada setiap kelompok masyarakat atau negeri. Yang benar adalah harus disesuaikan dengan banyak pertimbangan seperti ‘urf, finansial, kematangan dan kedewasaan serta faktor-faktor lainnya. Kalau sekedar mengejar keutamaan, maka ada banyak amal-amal lainnya yang bila dikerjakan, semua orang akan sepakat mendukungnya. Berbeda dengan poligami yang bila dikerjakan, paling tidak ada pihak-pihak tertentu yang masih akan mengkomplainnya, minimal istri pertamanya.

Wallahu a’lam bish-Shawab.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

0 komentar:

Posting Komentar