TEMPOR CYBER™  mengucapkan . . . MARHABAN YAA RAMADHON 1437 H

Jumat, 26 Agustus 2011

EKONOMI INDONESIA ; SUDAH RESESI

JAKARTA . Laju inflasi menjelang hari raya Lebaran tahun ini diperkirakan tidak terlampau tinggi seperti Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, harga cabai dan bumbu yang turun dinilai akan berpengaruh positif bagi laju inflasi.

Menurut Ekonom dari Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, harga pangan yang rata-rata menunjukkan penurunan pada musim puasa dan lebaran tahun ini menunjukan perekonomian tanah air tidak dihantui tekanan inflasi.

Dia memperkirakan inflasi untuk bulan Agustus 2011 ini hanya 0,69 persen sehingga inflasi year on year turun menjadi 4,53 persen karena pada periode yang sama tahun lalu inflasi cukup tinggi pada 0,76 persen. "Target kami 0,69 persen jadi 4,53 persen turun lagi faktornya beberapa pangan ada yang turun sehingga harga pangan lebih rendah dari lebaran biasanya," katanya di Jakarta, Kamis (25/8).

Purbaya menambahkan rendahnya inflasi tersebut karena tren penurunan harga komoditas pangan seperti cabe merah, dan bumbu-bumbuan lainnya. "Jadi naiknya tidak tinggi-tinggi amat, cabe merah turun cabe hijau turun, bumbu-bumbuan turun," tuturnya.

Terkait harga emas yang sempat tinggi, menurut Purbaya, hal itu tidak terlalu memberi dampak signifikan pada laju inflasi. Pasalnya, saat ini harga emas sudah mulai turun dan sumbangannya ke inflasi yang tidak terlalu besar.

Karena itu, dia memprediksi laju inflasi sampai akhir tahun bisa di bawah 5 persen. Angka itu, lebih rendah dari target inflasi APBNP 2011 yang sebesar 5,65 persen. Apalagi, Purbaya juga memperkirakan tidak ada lagi potensi terjadinya deflasi pada empat bulan ke depan. "Akhir tahun di bawah 5 persen sampai sekarang perkiraan kita 5-5,1 persen tapi ada peluang di bawah itu," tandas dia.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan laju inflasi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau growthnya kencang, inflasi ketarik ke atas. Ada potensi overheating untuk perekonomian Indonesia. Jadi kalau growth Indonesia tidak terlalu cepat naiknya, inflasi malah lebih mudah terkontrol karena core inflationnya (inflasi inti) tidak terlalu terganggu," jelas dia.

0 komentar:

Posting Komentar