TEMPOR CYBER™  mengucapkan . . . MARHABAN YAA RAMADHON 1437 H

Sabtu, 02 Juli 2011

Cinta Saja Tidak Cukup


image
Apakah Cinta Sejati saja cukup untuk bisa membuat bahagianya sebuah pernikahan?

Jakarta, CyberNews. kali pertama novel Mira Wijaya atau lebih dikenal dengan nama Mira W diangkat ke dalam medium film. Setelah Arini Masih Ada Kereta yang Akan Lewat, Dari Jendela SMP, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, Ketika Cinta Harus Memilih, Permainan Bulan Desember, Cinta di Awal Tiga puluh, dan banyak judul film lainnya. Serta, puluhan judul sinetron yang berangkat dari kisah novelnya.
Kini, Dedi Setiadi, salah satu sutradara lawas yang kala itu dikenal lewat beberapa tayangan film televisi seperti Losmen, ACI (Aku Cinta Indonesia), Siti Nurbaya, Jendela Rumah Kita, Keluarga Cemara itu, mencoba mengangkat novel berjudul Cinta Sepanjang Amazon karya salah satu novelis populer di Indonesia itu ke dalam film berjudul True Love.
Novel yang kemudian oleh Viva Vesti dan Dedi Setiadi dialihrupakan terlebih dahulu dalam bentuk skenario itu, akhirnya oleh Moestopo Production dimaujudkan menjadi sebuah film drama percintaan yang sebagaimana galibnya novel Mira W lainnya, sesak dengan permasalahan, bahkan cenderung menempatkan perempuan sekaligus obyek penceritaan.
Swedia
Dengan mengambil setting di Jakarta, Raja Ampat, Papua, dan seminggu syuting di Swedia, membuat film yang peran utamanya dipercayakan kepada Alex Komang, Fanny Febriana, Happy Salma, dan Mario Lawalatta itu, mengalir seperti tak ubahnya film-film bertema serupa di tahun 80 - 90 an. Meski cukup melelahkan menyaksikan terlalu banyak kelindan permasalahan, yang seperti tak akan berujung -dan dengan demikian menjadikan film ini menjadi berat-, secara keseluruhan True Love tidak mengecewakan.
Meski bukan berarti tidak ada lubang dalam film yang menurut rencana akan dirilis mulai tanggal 1 Juli ini. Memindahkan sebuah novel, sebagaimana dimaklumi para sutradara kebanyakan, bukan lah perkara mudah. Novel yang mempunyai keluasan intrepretasi, dan tidak terbatas oleh durasi waktu, menjadi terkendala ketika dialihrupakan dalam format film. Seperti dalam penelitian yang dikeluarkan salah satu institusi perfilman di AS, mengatakan stamina ideal menonton sebuah film adalah sepanjang 90 menit.
Melebihi durasi ideal menonton film sepanjang 90 menit, akan menjadi perkara tersendiri. Hal itulah yang membuat repot banyak sutradara seperti ketika Hanung Bramantyo pernah memfilmkan novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazi, dan novel Laskar Pelangi oleh Riri Riza karya Andrea Hirata, misalnya. Untungnya Dedi Setiada bukan orang baru, yang dengan tangan dinginnya, mampu memuat persoalan cerita True Love yang memusat pada tokoh Vania (diperankan oleh Fanny Fabriana) dan Aries (Mario Lawalata) menjadi tetap menarik untuk diikuti.

0 komentar:

Posting Komentar