# ..belajar dari keluarga semut!!
Tidaklah salah, jika ALLAH Subhanahu wa Ta’ala memilih nama semut, An-Naml untuk diabadikan menjadi salah satu surat dalam al-Qur’an. Pastinya, ada nilai-nilai yang layak untuk dipelajari, diambil hikmah dan dijadikan teladan dari kehidupan binatang-binatang mungil ini.
Abah-Ummi yang dicintai ALLAH, dan disayangi anak-anaknya..
Pelajaran Pertama dari semut adalah, “Mereka hidup dalam sebuah Keluarga yang Besar”, mereka hidup dalam satu sarang saja secara bersama dan dalam jumlah yang besar, bisa ratusan bahkan ribuan. Mungkin itulah ‘insting’ mereka dari ALLAH meski memiliki fisik yang super kecil dan super lemah, akan tetapi dengan jumlah yang besar itu, mereka menjadi lebih kuat, lebih mudah mencari makanan, dan lebih mungkin mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Seperti itulah filosofi yang seharusnya diteladani manusia, bahwa mereka akan lebih aman dan selamat hidup berkelompok, dimulai dengan keluarga dan masyarakat.
Pelajaran Kedua dari semut adalah, “Dalam Keluarga Besar terdapat Sistem yang berjalan secara Sunnatullah”. Semut tidak pernah protes ataupun iri, tentang siapa yang menjadi ratu dan yang hanya menjadi rakyat saja. Begitu pula dalam sebuah keluarga, harus diperjelas siapa pemimpinnya. Dalam Islam sudah jelaslah bahwa laki-laki telah diangkat menjadi pemimpin, akan tetapi ingat pula bahwa perempuan juga akan dimintai pertanggungjawabannya.
Pelajaran Ketiga dari semut adalah, “Selalu Bekerjasama dengan Baik”. Ratu melakukan tugasnya untuk bertelur, prajurit melakukan tugasnya mengumpulkan makanan. Tugasnya saling mendukung karena yang satu tidak akan berhasil jika tidak dibantu tugas yang lain.
Demikian juga dalam berkeluarga, telah jelas siapa yang mencari nafkah dan siapa yang memanajemen di rumah. Bunda, jangan sampai terlalu bangga menjadi manajer di perusahaan tapi lupa dengan tugas mulianya yaaa.. menjadi manajer keluarga
Pelajaran Keempat dari semut adalah, “Selalu Berada dalam Barisan Rapi”. Mereka beraktivitas bersama-sama, akan tetapi tidak pernah saling dorong, bertabrakan, berebut ataupun menutup jalan temannya, semua antri berjalan dengan kecepatan yang sama. Tidak pernah berebut rezeki! semua saling berbagi..
Itulah filosofi kerjasama yang semestinya dibangun dalam keluarga. Masing-masing anggota keluarga memiliki pekerjaan masing-masing, tanpa harus berebut atau saling melempar pekerjaan dan menghindar. Tidak saling tumpang tindih, saling menyalahkan ataupun saling melempar tanggungjawab.
Teman" yang saya hormati..mari menata keluarga dengan filosofi kerjasama, dan merapikan barisan bagai semut.. semoga ALLAH menjadikan kita keluarga yang penuh barokah..